Langsung ke konten utama

Tegal Gubug, Cirebon, West Java, Indonesia.





Beberapa waktu lalu, sekitar akhir Januari 2018 saya melakukan perjalanan ke Pasar Tegal Gubug di Cirebon, Jawa Barat.  Yapp, pasar ini merupakan salah satu pusat sandang terbesar di Indonesia.  Semoga review perjalanan saya bermanfaat untuk para penyuka maupun pelaku bisnis sandang di Indonesia ya! 😃


Perjalanan menuju lokasi saya mulai dari kota Bandar Lampung - Lampung, tepatnya dari Terminal Rajabasa pada pukul 18.00.  Sekitar 3 jam kemudian saya sampai di Pelabuhan Bakauheni.  Bis yang saya naiki berhenti di depan pintu masuk pelabuhan sehingga calon penumpang dapat dengan cepat membeli tiket dan melanjutkan perjalanan menuju kapal.  Sekitar pukul 21.30 saya diarahkan menuju dermaga 3, kebetulan kapalnya sudah berlabuh dan sekitar 30 menit kemudian kapal berangkat menuju Pelabuhan Merak -  Banten.  Saya turun dari kapal pukul 00.12, saat itu kondisi anginnya kenceng beudd sampai - sampai badan saya sempat terbawa angin beberapa langkah ketika berjalan menuju terminal bis.  Nah jarak dari pelabuhan ke terminal bis di Merak ini lumayan jauh lho, sekitar 300 meter, banyak om - om ojek tapii kalau kamu bugar gak perlu naik ojek hehehe.

Suasana di terminal sepi, tapi aman 😀  Saya mencari bis menuju Cirebon, Bhinneka - Bella, bis menuju Cirebon parkir di barisan paling ujung.  Kalau bingung, kamu jangan takut untuk bertanya pada tuan - tuan terminal ya, mereka ramah kok!

Bis mulai berangkat dari terminal Merak pukul 01.00.  Harga tiket hingga Kota Cirebon adalah Rp 90.000,00 atau Rp 70.000,00 ya? saya lupa hehehe.  Bis ini mengakhiri perjalanan di Terminal Harjamukti - Kota Cirebon, sekitar 1 jam dari lokasi Pasar Tegal Gubug.  Saya berhenti di Pasar Tegal Gubug (lokasi pasar di pinggir Jalan Raya Pantura sebelum sampai di Kota Cirebon) pukul 08.30.

Teman - teman, pasar ini hanya beroperasi setiap hari Selasa, Jumat dan Sabtu.  Sebelum berangkat saya sudah mengumpulkan informasi, termasuk jam operaional pasar.  Saya mengatur hari keberangkatan agar tiba di lokasi pada hari Jumat pagi.  Nah, ternyata penginapan hanya ada di Kota Cirebon (gak terduga banget ini), saya memutuskan mencari penginapan terlebih dahulu dengan tujuan utama agar bisa mandiii 😅 dan meletakkan barang bawaan.  Saya memutuskan untuk mencari penginapan di Kota Cirebon menggunakan jasa Google.  Kamu bisa pilih berbagai jenis penginapan yang ditawarkan oleh Google, banyak banget kok jenis dan rentang harganya.  Mula - mula saya memesan penginapan di Jl. Tuparev, tetapi karena pertimbangan fleksibilitas menuju pasar, akhirnya saya menginap di hotel tepat di samping Terminal Harjamukti yaitu hotel Amanah.  Selain itu ada hotel Spadia yang terletak tepat di seberang terminal.

Dari Terminal Harjamukti menuju Pasar Tegal Gubug kamu bisa naik bis kecil Kopayu (sejenis Kopaja), bis ini ngetem di sebrang terminal, ongkosnya agak variatif tergantung kenek hehe, sekitar 7.000 - 10.000 per orang.  Selain Kopayu, kamu bisa naik elf (minibus) lalu turun di Kedaung lanjut naik angkot ke pasar, ongkos elf 5.000 dan ongkos angkot sekitar 5.000 - 7.000.  Pada intinya lebih simpel dan murah jika naik Kopayu hehe.. hanya saja Kopayu ini terbatas jam operasionalnya, lewat dari pukul 17.00 kamu harus naik angkot dan elf untuk kembali ke Kota Cirebon.


Saya mulai berkeliling pasar pada pukul 14.30.. sudah menjelang sore teman - teman hehe.. dan ternyataa.. jeng jeng jeng, pasaran kain (bahan pakaian) hanya buka di hari Jumat pagi - sore 😂  Jadi hari Sabtu pasar tetap buka tetapi hanya toko - toko pakaian, bukan kain.  Tanpa menunggu lama akhirnya saya segera menyusuri satu persatu toko penjual kain di pasar ini.  Para pedagang cukup ramah menyambut kedatangan saya yang hanya memberikan pertanyaan, belum belanja beneran (hahaha).  Informasi yang berhasil saya kumpulkan selama dua jam alhamdulillah sudah cukup untuk dijadikan referensi belanja selanjutnya.

Oke, selanjutnya adalah kondisi barang dan harga di Pasar Tegal Gubug!
Tujuan utama perjalanan saya ke Pasar Tegal Gubug adalah mengumpulkan informasi terkait penjual dan harga kain di pasar ini.  Sebelumnya saya belanja secara online dan hemmm bisa dibilang kena tipu 😅  Kain dijual dengan satuan gulungan atau per gulung.  Satu gulung kain berisi antara 50 - 100 yard (1 yard = 90 cm).  Harga kain di pasar ini adalah harga grosir, sekitar 80 - 200% perbedaan harganya dengan toko kain di Bandar Lampung.  Beberapa jenis kain seperti katun lokal dijual kiloan, per kg mulai Rp 60.000,00.  Kain bermotif, jenis apapun, dijual secara seri, artinya jika dalam satu seri terdapat 4 warna maka kita harus membeli 4 gulung kain dengan motif yang sama hoho.  Pusat pedagang kain berada di bagian belakang pasar, sedangkan kios - kios pakaian terletak di bagian tengah hingga depan.  Saya membeli dua potong celana yang sedang ngetren 😂
Celana batik dan jeans gombor (model kulot lebarrr) seharga Rp 55.000,00 dan Rp 85.000,00 lumayan hehehe.  Model pakaian wanita kekinian banyak diproduksi oleh konveksi yang terletak di sekitar pasar.  Saat itu Black Panther belum rilis sehingga saya belum memperhatikan model dan harga baju koko Bang T'Challa haha..  Saya tidak berminat membeli tunik ataupun rok karena saya pikir saya bisa membuatnya sendiri nanti di rumah 😙

Saya kembali ke Lampung dengan rute kebalikan ketika berangkat (alhamdulillah simpel rutenya), dimulai dari Terminal Harjamukti - Merak - Bakauheni - Terminal Rajabasa.  Sebenernya begini rute panjangnya : Cirebon - Palimanan - Indramayu - Subang - TOL Kopo - Cikampek - Cikarang - Jati Bening - Slipi (Keluar TOL) - Tomang - Kebon Jeruk - (Masuk Tol) - Bitung -Cikupa - Balaraja - Serang - Cilegon - Merak 😂 😂😂  Sepanjang perjalanan cukup aman dan menyenangkan, banyak sekali pelajaran di semua terminal, pelabuhan, pasar, bis, kapal, kopayu, angkot dan elf.  Saya paling suka suasana di Kopayu, nanonano rasanya, cobain deh!  Semoga kita bisa selalu mengeja ayat di setiap perjalanan, thanks for reading 😎

Komentar

  1. Maaf ka , mau tanya bagusnya kalau mau beli kain sma bahan brukat dan batik jadi kqpan ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Maaf baru balaas, kalau mau belanja hari Jumat yaa, mulai dari pagi :)

      Hapus
  2. Kalau ditotal, lumayan juga ongkosnya, nggak naik kereta mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak Kaak, aku udh mengumpulkan info ttg kereta, seingatku rutenya jd lebih rumit kalau naik kereta dr merak - cirebon

      Hapus
  3. Untuk back packer lumayan reviewnya. Ada costnya jg sma waktu2nya. Mempermudah banget nanti klo mau jalan2 jg kesana

    BalasHapus
  4. Wah, luar biasaa ya sharingnya. Sy jarang traveling. Bisa dihitung jari. Jadi suka baca pengalaman org jalan2 begini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, terima kasih sudah membaca cerita perjalananku Kak :)

      Hapus
  5. Waaaah dari Lampung. Saya yang di Palembang ini kayaknya bisa mencontek perjalanan ini. 😂 Terima kasih banyak, Kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, kalau kakak dari Palembang, tinggal tambah rute dr St. Kertapati - St. Tanjung Karang - Terminal Rajabasa :D

      Hapus
  6. Wah ceritanya menarik, tapi akan lebih oke lagi klo ada fotonya.

    Biar yg baca tetap bisa merasakan suasana pasarnya. Hehe

    BalasHapus
  7. Ternyata ada hari pasar ya, jadi hari Minggu malah nggak jualan. Aku udah beberapa kali ke Cirebon, tapi belum pernah ke pasar ini

    BalasHapus
  8. Wah yang dari Lampung udah ke tegal gubuk, saya belum :D

    Karena di Bandung juga banyak pasar tekstil, mbak. Industrinya kan disini.

    BalasHapus
  9. Mantap juga nih perjalanannya.

    Salam
    Kidalnarsis.com

    BalasHapus
  10. Besar ya selisih harga antara di Lampung dengan Cirebon. Kalo dengan Bandung gimana Kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebetulan kalau untuk Bandung aku belum pernah survei langsung nih Kak :)

      Hapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koperasi adalah Bank ASI bagi Generasi Millenials

Jika membaca kata koperasi, yang terlintas di dalam benak pikir saya adalah logo koperasi, Bapak Koperasi Indonesia dan bapak – bapak serta ibu yang sudah berumur lol.   Beberapa bulan lalu saya mendaftar menjadi anggota koperasi simpan pinjam dan benar saja.. kesan yang saya dapatkan masih koperasi yang ber- image konservatif.   Sejarah koperasi Indonesia dimulai sejak periode pra – kemerdekaan yang dikelola oleh pemerintah Belanda dan Jepang.   Setelah merdeka, nilai – nilai koperasi sebagai lembaga yang lekat dengan ekonomi kerakyatan terus ditumbuhkan.   Koperasi tumbuh atas dasar kerjasama individu yang bertujuan untuk maju bersama.   Perubahan strategis pada tubuh koperasi pada tahun 1993 hingga saat ini sangat berkontribusi pada perekonomian negara melalui sektor UMKM.   Kementrian Koperasi dan UMKM merilis data bahwa pada tahun 2016 kontribusi Koperasi terhadap PDB nasional meningkat menjadi sebesar 3,99% dan rasio kewirausahaan yang juga digalakkan oleh kementrian seb